Tentang harapan, cinta dan cahaya;
tentang keyakinan,
keberanian dan kesabaran;
tentang senyum, semangat dan hati yang bersyukur;
tentang pelangi, sayap, lilin dan jembatan;
tentang gula, kupu-kupu dan bunga;
tentang keindahan alam, pikiran dan kata-kata positif;
tentang semua yang indah
dan manis..
Ya, tentang semua yang indah dan manis didengar… Aku suka ((:
Mereka bagiku adalah teman-teman yang baik… Teman-teman yang
baik kala melewati masa-masa sulit, masa-masa yang tidak kuharapkan dalam hidup
dan dalam banyak situasi lainnya.
Tentang harapan, cinta dan cahaya… Aku ingat.. Hari itu, ketika aku
masih sedang menjalani masa “Praktek Jemaat” di salah satu Gereja di Bali,
seorang Majelis Jemaat datang ke kantor dan kami saling berbagi cerita… Dari
beliau, kudapatkan cerita seperti ini: beliau pernah mengalami sakit yang
membuatnya harus dirawat di RS. Tidak jelas apa jenis penyakitnya, tapi yang
pasti saat itu beliau tidak sadarkan diri. Di saat yang bersamaan, kedua putri
dari beliau masih kecil-kecil dan istrinyapun masih berstatus “Ibu Rumah Tangga.”
Entah bagaimana, keadaan beliau memburuk: badannya dingin dan kaku, dan semua keluarga
memastikan bahwa hari itu beliau sudah meninggal. Kupikir cerita berakhir,
ternyata tidak. “Aku tahu hari itu terasa sulit dan menyesakkan, namun aku
melihat sebuah cahaya, seperti titik putih di ujung jalan, dan aku berusaha
berlari untuk menggapainya. Apa yang ada di dalam pikiranku saat itu adalah istri yang
belum bekerja dan anak-anak yang masih kecil. Tuhan, tolonglah agar aku bisa
melewati semuanya dan kembali kepada mereka, sebab aku tahu mereka masih
sangat membutuhkanku,” lanjut beliau dengan begitu antusias.. Singkat cerita,
beliau sadar dan sembuh dari penyakitnya –yang juga membuat anggota keluarganya
terheran-heran.
Aku tidak sedang berusaha untuk memahami kisah tersebut di
atas sebagai fenomena mati suri, kematian dengan segala misterinya ataupun semacamnya. Hari itu aku hanya menjadi pendengar atas kisahnya, dan beliau serta keluarganya-lah yang tahu persis
apa yang terjadi dan bagaimana perasaan mereka pada saat itu. Namun, apa yang
dapat kupelajari dari kisah tersebut ialah tentang cinta terhadap keluarga,
tentang harapan dan cahaya… Bahwa mencintai seseorang –siapapun dia (/mereka) seringkali
membuat kita menjadi pribadi yang kuat dan tangguh, bukan membuat kita lemah. Bahwa
dengan adanya harapan akan cahaya di akhir setiap perjalanan panjang nan gelap,
seseorang selalu tertolong untuk tidak berputus asa dan menyerah. Sebaliknya,
berjuang hingga menemukan cahaya tersebut dan percaya bahwa harapan akan selalu ada.
Tentang keyakinan, keberanian dan kesabaran: aku belajar
bahwa ketika aku berharap akan suatu hal, aku selalu mengingatkan diriku
sendiri: sungguh, segala sesuatu itu mungkin. Seperti sebuah mimpi… Aku
bermimpi untuk kelak menjadi seorang yang berguna bagi orang lain, menjadi
seorang yang dapat menolong orang lain mengenali potensi dirinya dan menghargai
kehidupannya, memberdayakan kehidupan orang lain agar “tidak harus bergantung”
pada siapapun, dsb… Aku bermimpi untuk menjadi orang tua dari anak-anak
jalanan, bermpimpi untuk mendirikan rumah bagi mereka, mengumpulkan mereka di
sana, membekali mereka dengan berbagai keterampilan, memberi mereka kesempatan
untuk menikmati pendidikan serta membuat mereka merasa berharga dan berguna..
Seperti yang pernah Mother Theresa lakukan di Calcutta, India, kira-kira seperti itu jugalah kerinduanku di masa yang akan datang..
Ya, aku bermimpi akan banyak hal.. Namun sebelumnya, aku bermimpi untuk menjadi
seorang teolog.. Tidak jelas teolog seperti apa, yang jelas menjadi seorang
teolog. Lalu, kelak aku ingin melanjutkan studi masterku di luar negeri, Jerman
utamanya. Entah apa sebabnya –mungkin karena banyak yang bilang bahwa Jerman adalah salah satu Negara terbaik
untuk belajar teologi- yang pasti aku ingin ke sana dan membuktikan kepada
semua orang, bahwa mimpi benar-benar bukan sebatas khayalan atau imajinasi
belaka. Mimpi adalah sesuatu yang layak untuk diperjuangkan dan dibuktikan
melalui usaha, kerja keras, kerendahan hati dan yang utama, keyakinan bahwa
Sang Pemilik Kehidupan benar-benar memperhitungkan “doa dan kerja kerasmu.” Ya,
aku sangat meyakini (mengaminkan) motto tersebut. Dan, aku berhasil membuktikan mimpi yang terdahulu
di atas. Aku meraih gelar Sarjana Teologia dan melanjutkan studi masterku. Memang aku baru saja memulainya, tapi setidaknya aku membuktikan bahwa
segala sesuatu benar-benar (mungkin) terjadi jika kau berusaha, bekerja dan
berdoa.. Bagian yang ini kusebut
keyakinan, dan keyakinan ini tentulah harus disertai dengan keberanian dan
kesabaran. Keberanian adalah bagian yang akan menolongmu untuk mulai mencoba
(sebab menurutku, kebanyakan orang diam di tempat karena tidak berani memulai
sesuatu -tidak berani ambil resiko, mungkin). Tanpa keberanian, aku tentu hanya akan mempertegas pandangan mengenai
mimpi yang katanya hanyalah imajinasi belaka. Tidak, aku tidak akan
memilih untuk diam di tempat. Aku selalu berani mencoba. Entah bagaimana pun
hasilnya, setidaknya aku mencoba dan tahu rasanya. Seperti sepenggal lirik dari lagu Fix
You-nya Coldplay: But if you never try you’ll never know, maka ini jugalah alasan
mengapa aku begitu menyenangi lagu-lagu yang mengandung sejuta makna tentang
pengharapan dan penyemangat hidup.
Dengan berani memulai, itu berarti aku juga sedang berusaha membangun mental yang baik di dalam diriku. Lalu,
kuselipkan kesabaran untuk menolongku agar tidak tergesa-gesa, agar tidak
begitu ceroboh dan agar menjadi lebih bijak dalam menantikan sesuatu. Di akhir
semuanya –setidaknya aku pun telah membuktikan- aku dipenuhi dengan hati yang
sangat bersyukur, bibir yang tersenyum lebar dan semangat yang kian menyala. Tentu
semua orang akan bersyukur ketika mereka mendapatkan apa yang mereka dambakan,
namun syukur yang kurasakan bukan hanya sesaat saja. Sebab, aku mendapati rasa
syukur itu mengalir di dalam semua aliran darahku. Sulit untuk mengungkapkan
bagaimana persisnya suasana hati pada saat bahagia, namun rasa syukur itu
menolongku untuk semakin menghargai hal-hal yang telah kuberi kesempatan untuk
menjadi bagian dari perjalanan hidupku: cinta, harapan, cahaya, keyakinan,
keberanian, kesabaran, senyum, semangat dan teman-temannya yang lain. Sampai hari
ini, paling tidak aku mampu untuk menyemangati diriku dalam keadaan paling sulit sekalipun,
untuk mencari hikmah dari segala sesuatu yang terjadi dan yang terpenting, hati
yang bersyukur menopangku untuk tidak mengeluh lalu menyalahkan Sang Pemilik
kehidupan...
Tentang pelangi, sayap, lilin dan jembatan; tentang gula, kupu-kupu
dan bunga; tentang keindahan alam, pikiran dan kata-kata positif...
Aku menyukai
mereka semua, sebab mereka adalah simbol dari keindahan dan hal-hal manis
yang menjadi teman-teman terbaikku. Bagaikan pelangi sehabis hujan, demikianlah
pengharapan dan cahaya bagi mereka yang menanti hingga hujan reda… Menolong
orang lain untuk bangkit dari keterpurukan, menjadi sayap agar mereka dapat
terbang kembali dan melanjutkan kehidupannya; menjadi llilin yang rela
berkorban demi membagikan cahaya bagi sesama, dan bagai jembatan di atas air
yang keruh: menolong orang lain untuk melewati masa-masa sulitnya. Menamai diri
sendiri gula walau tak semanis gula (hehe), menyenangi kupu-kupu ketika melihat
proses pertumbuhannya (metamorfosis) dari yang sangat kecil, buruk (rupa?) lalu
menjadi sangat indah, dan menikmati keelokan bunga dengan sejuta warna yang
turut mempercantik alam semesta. Sama halnya dengan menikmati rupa-rupa bunga,
mengagumi keindahan seluruh alam semesta sebagai maha karya Sang Penciptapun
membuatku selalu mampu menemukan inspirasi baru. Inspirasi untuk bersyukur,
untuk menyejukkan mata hati dan pikiran sehingga dapat berpikir dengan lebih
baik, dengan lebih bijak (semoga ^^), dan tentunya: INSPIRASI UNTUK MENULIS ((:
Tentang pikiran dan kata-kata positif? Buktikanlah…
Mereka
sungguh akan menolongmu untuk menghargai dirimu sendiri, menolongmu untuk
menolong orang lain menghargai diri mereka dan menolongmu untuk memahami segala
sesuatu di sekitarmu dengan lebih baik. Menolongmu untuk dapat menikmati
kehidupan bahkan dalam keadaan yang tidak kau harapkan sekalipun, dan di samping
itu, mereka menolongmu untuk tetap hidup sehat dan bahagia.
Kira-kira begitulah usahaku untuk menikmati kehidupan
karunia-Nya…
Tentang Semua yang Indah, Tentang Semua yang Manis... Ya, Aku Suka ((:
***
Auf Wiedersehen, 2014…
365 hari di tahun 2014 baru saja berlalu…
Tentu tidak jarang aku bertemu dengan kepahitan, kesedihan,
kekesalan, kekecewaan, ketakutan dan teman-temannya yang lain. Namun, aku
bersyukur bahwa Kasih Tuhan telah berhasil memampukanku melewati semuanya dengan lebih baik. Paling tidak, sekarang aku tidak seperti Elim muda (serasa jadi
tua amat) yang ketika SMP dan SMA selalu menyelesaikan masalah hanya dengan
menangis dan menangis, menyalahkan orang lain bahkan Tuhan, memaki-maki, emosi
tak terkontrol dan sebagainya. I mean, Puji Tuhan sekarang bisa mengukur diri sendiri
sedikit demi sedikit. Tentu tidak ada manusia yang sempurna, namun setidaknya
semua orang bisa belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik. Dan, bermimpi,
berani memulai, memiliki keyakinan dan berpengharapan akan adanya cahaya yang
menanti di ujung sana dan lain sebagainya dan lain sebagianya, tentu benar
merupakan teman-teman yang baik untuk mendampingi menjalani masing-masing hari
yang Ia beri. Lebih dari itu, aku percaya Tuhan senang dengan orang-orang yang
selalu memaknai dan mengisi kehidupannya dengan cara dan hal-hal positif...
*Tulisan serupa pernah kutuangkan juga di blog ini: akhir tahun 2012 dan 2013: tentang harapan, semangat dan hati yang bersyukur*
Selamat memasuki Tahun Karunia Tuhan, Tahun Baru 2015…
Tetap semangat dan ukirlah senantiasa senyum manis di wajahmu yang cantik dan tampan, hehehe..
I wish you all the very best and remain blessed ^^
With Love: Elim Wilsen Taruk
16.10, 1st January 2015
|